Tidak
mungkin seseorang melihat matahari di malam hari. Ia sama tidak
mungkinnya dengan melihat bintang di siang hari. Dengan cara yang sama,
tidak mungkin seorang pencari berjumpa Guru sejati kalau tabungan karma
baiknya tidak berlimpah. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi pencari
sejati terkecuali menumpuk tabungan karma baik secara terus menerus.
Itu sebabnya agama-agama sangat menekankan pentingnya melaksanakan
kebaikan. Terutama karena tabungan karma baik yang berlimpah inilah yang
menunjukkan arah di mana Guru sejati bersembunyi. Tanda-tanda di mana
Guru sejati bersembunyi ada banyak sekali.
Mereka yang mengalami tanda-tanda lemah bisa tertarik pada Guru sejati
melalui bacaan, cerita orang, atau kebetulan-kebetulan yang penuh makna.
Pencari yang mengalami tanda-tanda sedang menjumpai Guru sejati karena
minat yang kuat, tekad yang kokoh, atau merasa panggilan hidupnya sudah
harus menjumpai Guru sejati.
Murid-murid sejati yang mengalami tanda-tanda kuat serupa Jetsun
Milarepa. Hanya mendengar nama Gurunya saja seluruh bulu kuduk berdiri,
badannya menggigil menangis, pada saat yang sama merasakan secara sangat
kuat hanya dengan menjumpai Guru sejati perjalanan jiwa bisa selamat.
Catatannya kemudian, Guru sejati mirip matahari. Jika seseorang terlalu
dekat, ia bisa terbakar atau buta. Bila pencari terlalu jauh, mereka
bisa kehilangan cahaya dan vitamin D. Tanda-tanda seseorang terbakar
karena terlalu dekat dengan Guru sejati sederhana, ada yang kehilangan
nyawa, ada yang kehilangan ingatan, ada yang kecelakaan. Ciri-ciri
seseorang terlalu jauh sederhana, kehidupan terasa gelap, bingung, serba
salah.
Ini menyisakan tugas yang tidak sederhana bagi pencari sejati, yakni
menjaga jarak yang tepat dan pas dengan Guru sejati. Tugas ini tentu
saja sangat sulit. Dan kembali pada pengandaian Guru sejati serupa
matahari, perhatikan tanda-tanda di dalam diri Anda setiap kali berjumpa
Guru sejati.
Kapan saja Anda merasa terlalu panas (baca: mudah marah, tersinggung,
sakit hati, tinggi hati, sombong, congkak), jangan menunggu sampai
terkena kanker kulit baru menjauh dari Guru sejati. Manakala Anda
bingung dan gelap sekali, lebih-lebih ada bisikan untuk bunuh diri,
cepat jumpai Guru sejati.
Tidak saja menjaga jarak yang tepat dengan Guru sejati perlu
kecermatan, berjumpa Guru sejati juga memerlukan kecermatan. Jangan
pernah membawa tata krama tempat lain untuk digunakan berinteraksi
dengan Guru sejati. Di universitas misalnya, murid diberi nilai tinggi
kalau kritis pada Guru. Kritis di depan Guru sejati sama dengan membuka
pintu petaka.
Sejumlah anak-anak sekolah menggunakan Guru mereka sebagai bahan tawa
dan canda. Menggunakan Guru sejati sebagai bahan tawa dan canda sama
dengan mengusir nyawa sendiri. Ini bisa terjadi karena di mana saja
seorang Guru sejati tinggal dan mengajar, di empat arah mata angin
dijaga oleh Naga, Garuda, Singa, Harimau.
Ringkasnya, berjumpa Guru sejati memang banyak berkahnya. Tapi di mana
ada banyak berkah, di sana juga tersedia banyak musibah. Pesannya
kemudian, belajar peka membaca tanda-tanda di dalam diri. Dan pada
akhirnya, Guru sejati ternyata bersemayam di dalam diri.
Author: Gede Prama.
No comments:
Post a Comment