Recent Posts

Saturday, December 5, 2015

Berjumpa Guru Sejati

 

Tidak mungkin seseorang melihat matahari di malam hari. Ia sama tidak mungkinnya dengan melihat bintang di siang hari. Dengan cara yang sama, tidak mungkin seorang pencari berjumpa Guru sejati kalau tabungan karma baiknya tidak berlimpah. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi pencari sejati terkecuali menumpuk tabungan karma baik secara terus menerus.
Itu sebabnya agama-agama sangat menekankan pentingnya melaksanakan kebaikan. Terutama karena tabungan karma baik yang berlimpah inilah yang menunjukkan arah di mana Guru sejati bersembunyi. Tanda-tanda di mana Guru sejati bersembunyi ada banyak sekali.
Mereka yang mengalami tanda-tanda lemah bisa tertarik pada Guru sejati melalui bacaan, cerita orang, atau kebetulan-kebetulan yang penuh makna. Pencari yang mengalami tanda-tanda sedang menjumpai Guru sejati karena minat yang kuat, tekad yang kokoh, atau merasa panggilan hidupnya sudah harus menjumpai Guru sejati.
Murid-murid sejati yang mengalami tanda-tanda kuat serupa Jetsun Milarepa. Hanya mendengar nama Gurunya saja seluruh bulu kuduk berdiri, badannya menggigil menangis, pada saat yang sama merasakan secara sangat kuat hanya dengan menjumpai Guru sejati perjalanan jiwa bisa selamat.
Catatannya kemudian, Guru sejati mirip matahari. Jika seseorang terlalu dekat, ia bisa terbakar atau buta. Bila pencari terlalu jauh, mereka bisa kehilangan cahaya dan vitamin D. Tanda-tanda seseorang terbakar karena terlalu dekat dengan Guru sejati sederhana, ada yang kehilangan nyawa, ada yang kehilangan ingatan, ada yang kecelakaan. Ciri-ciri seseorang terlalu jauh sederhana, kehidupan terasa gelap, bingung, serba salah.
Ini menyisakan tugas yang tidak sederhana bagi pencari sejati, yakni menjaga jarak yang tepat dan pas dengan Guru sejati. Tugas ini tentu saja sangat sulit. Dan kembali pada pengandaian Guru sejati serupa matahari, perhatikan tanda-tanda di dalam diri Anda setiap kali berjumpa Guru sejati.
Kapan saja Anda merasa terlalu panas (baca: mudah marah, tersinggung, sakit hati, tinggi hati, sombong, congkak), jangan menunggu sampai terkena kanker kulit baru menjauh dari Guru sejati. Manakala Anda bingung dan gelap sekali, lebih-lebih ada bisikan untuk bunuh diri, cepat jumpai Guru sejati.
Tidak saja menjaga jarak yang tepat dengan Guru sejati perlu kecermatan, berjumpa Guru sejati juga memerlukan kecermatan. Jangan pernah membawa tata krama tempat lain untuk digunakan berinteraksi dengan Guru sejati. Di universitas misalnya, murid diberi nilai tinggi kalau kritis pada Guru. Kritis di depan Guru sejati sama dengan membuka pintu petaka.
Sejumlah anak-anak sekolah menggunakan Guru mereka sebagai bahan tawa dan canda. Menggunakan Guru sejati sebagai bahan tawa dan canda sama dengan mengusir nyawa sendiri. Ini bisa terjadi karena di mana saja seorang Guru sejati tinggal dan mengajar, di empat arah mata angin dijaga oleh Naga, Garuda, Singa, Harimau.
Ringkasnya, berjumpa Guru sejati memang banyak berkahnya. Tapi di mana ada banyak berkah, di sana juga tersedia banyak musibah. Pesannya kemudian, belajar peka membaca tanda-tanda di dalam diri. Dan pada akhirnya, Guru sejati ternyata bersemayam di dalam diri.
Author: Gede Prama.

No comments:

Post a Comment